Einstein dan Mr Bean duduk berdampingan di dalam sebuah penerbangan. Einstein mengajak memainkan sebuah permainan.
Einstein: Aku akan mengajukan satu pertanyaan, jika Anda tidak tahu jawabannya maka Anda membayar saya $ 5. Nanti jika Anda bertanya dan saya tidak tahu jawabannya, saya akan membayar Anda $ 500.
Einstein mengajukan pertanyaan pertama: Berapa jarak dari Bumi ke Bulan? Mr Bean tdk mengucapkan sepatah kata pun, tetapi merogoh saku, dan mengeluarkan $ 5.
Sekarang, giliran Mr Bean...
Dia bertanya kepada Einstein: Apakah yang naik ke atas bukit dengan 3 kaki, dan akan turun dg 4 kaki? Einstein melakukan pencarian internet, dan meminta semua info dr teman2 nya yg cerdas. Setelah menunggu satu jam ia memberikan Mr Bean $ 500.
Einstein dgn penasaran bertanya: Nah, jadi apa naik keatas bukit dengan tiga kaki dan turun dengan empat kaki ??
Mr Bean merogoh saku, dan memberikan Einstein $ 5...
Al:
Jeng Hermin ... that's a smart joke. Jadi siapa yang lebih cerdik disini? Kalau IQ Einstein jelas diatas 140. Kalaupun seandainya IQ Bean dibawah 80 ... still the bottom line is Bean untung $480. Sekarang banyak orang yang tidak pinter tetapi justru malah berhasil dalan hidupnya karena mereka smart.
Orang "bodoh" sulit dapat pekerjaan, akhirnya dia wirausaha, dan menjadi pebisnis. Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus merekrut orang pintar. Walhasil bosnya orang pintar adalah orang "bodoh". Orang "bodoh" jadi majikan, orang pintar jadi karyawan.
Steve Job kuliah drop out. Maka dia iseng-iseng di garasinya membuat program computer dan ngotak-atik berdasar keisengannya. Hasilnya? Bersama dengan dua rekannya dia mendirikan perusahaan spektakular, producer computer system - Apple McIntosh dan mempekerjakan para lulusan akademis. McIntosh (Apple) computer sekarang menjadi idola computer yang tahan virus, tampilan indah, memiliki sistem yang efektif dan design produk yang aduhai. Lucunya Steve Job sendiri pernah didepak dari perusahaan yang dia dirikan oleh orang-orang pinter yang berada di jajaran management, namun akhirnya, dengan perusahaan NeXT's yang dia bangun, dia membeli kembali Apple dia yang hilang dan kembali menjadi bosnya orang-orang yang pinter.
Jeng Hermin ... that's a smart joke. Jadi siapa yang lebih cerdik disini? Kalau IQ Einstein jelas diatas 140. Kalaupun seandainya IQ Bean dibawah 80 ... still the bottom line is Bean untung $480. Sekarang banyak orang yang tidak pinter tetapi justru malah berhasil dalan hidupnya karena mereka smart.
Orang "bodoh" sulit dapat pekerjaan, akhirnya dia wirausaha, dan menjadi pebisnis. Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus merekrut orang pintar. Walhasil bosnya orang pintar adalah orang "bodoh". Orang "bodoh" jadi majikan, orang pintar jadi karyawan.
Steve Job kuliah drop out. Maka dia iseng-iseng di garasinya membuat program computer dan ngotak-atik berdasar keisengannya. Hasilnya? Bersama dengan dua rekannya dia mendirikan perusahaan spektakular, producer computer system - Apple McIntosh dan mempekerjakan para lulusan akademis. McIntosh (Apple) computer sekarang menjadi idola computer yang tahan virus, tampilan indah, memiliki sistem yang efektif dan design produk yang aduhai. Lucunya Steve Job sendiri pernah didepak dari perusahaan yang dia dirikan oleh orang-orang pinter yang berada di jajaran management, namun akhirnya, dengan perusahaan NeXT's yang dia bangun, dia membeli kembali Apple dia yang hilang dan kembali menjadi bosnya orang-orang yang pinter.
Sisca:
Sekedar sharing orang bodoh dan orang pintar. Kemarin sy ada lunch meeting dgn salah satu direktur pengelola sebuah property besar di JKT dan dalam salah satu sharingnya adalah :
1. Seseorang yang bodoh tetap ada HOKIE Bodohnya
2. Orang bodoh, karena bodohnya, tidak pernah takut dan kawatir , sedangkan orang pintar karena pintarnya menjadi selalu takut dan kawatir, maka orang bodoh lebih berani (terutama dalam berdagang), sehingga sering mendapat opportunity lebih dulu disbanding orang pintar (kokean mikir, malah mikir thok, ora dadi dadi)
3. Orang bodoh karena bodoh sulit mendapat kerja (spt yg Al katakan), karena kepepet, akan menjadi innovative.
Sekedar sharing orang bodoh dan orang pintar. Kemarin sy ada lunch meeting dgn salah satu direktur pengelola sebuah property besar di JKT dan dalam salah satu sharingnya adalah :
1. Seseorang yang bodoh tetap ada HOKIE Bodohnya
2. Orang bodoh, karena bodohnya, tidak pernah takut dan kawatir , sedangkan orang pintar karena pintarnya menjadi selalu takut dan kawatir, maka orang bodoh lebih berani (terutama dalam berdagang), sehingga sering mendapat opportunity lebih dulu disbanding orang pintar (kokean mikir, malah mikir thok, ora dadi dadi)
3. Orang bodoh karena bodoh sulit mendapat kerja (spt yg Al katakan), karena kepepet, akan menjadi innovative.
Giok:
Memang kalau diteliti kenayataan hidup memang begitu ya?orang2 bodoh sering kali menguasai orang2 pinter,contohnya kayak si Om Liem,Eka Cipta dll,mereka itu orang yg sekolahnya paling2 kelas 2 SD atau mungkin lebih dikit,tapi mereka bisa memperkerjakan
orang2 pinter bahkan kadang2 bawahannya itu para professor yg disuruh meneliti perusahaannya? hehehe,ironis ya kalau dipikir pikir?
salam Hokhie,
Memang kalau diteliti kenayataan hidup memang begitu ya?orang2 bodoh sering kali menguasai orang2 pinter,contohnya kayak si Om Liem,Eka Cipta dll,mereka itu orang yg sekolahnya paling2 kelas 2 SD atau mungkin lebih dikit,tapi mereka bisa memperkerjakan
orang2 pinter bahkan kadang2 bawahannya itu para professor yg disuruh meneliti perusahaannya? hehehe,ironis ya kalau dipikir pikir?
salam Hokhie,
Yuwan:
Teman2 FB,
Sebenarnya yang kita persepsikan bodoh atau pinter itu umumnya dari sudut pandang pendidikan formal. Banyak orang terkenal yang awal sekolahnya dikira bodoh, seperti Thomas A. Edison, penemu lampu dan teknologi lainnya.
Jarene mbilung, pelajaran di sekolah lebih banyak terpusat pada cara berfikir dengan menggunakan otak kiri (lihat tabel di bawah), sedangkan para pebisnis, para penemu teknologi, seniman, dan orang-orang terkenal pada umumnya (juga para pemimpin, jarene mbilung lagi), lebih banyak menggunakan otak kanan.
(Sumber: http://www.funderstanding.com/content/right-brain-vs-left-brain-2#more-513)
Si anak nggak naik kelas karena pikiannya "ngelantur" kesana kemari. Intuisinya membawanya berfikir ke arah yang lain (subjective, bercabang - bukan pada pelajaran yang dihadapinya - sak karepe dewe), mungkin dia sedang menghubungkan satu dengan yang lain (holistic, synthesizing, look at wholes). Akibatnya pelajaran sekolahnya ketinggalan dan dapat nilai jeblok, terus nggak naik kelas, drop out dan dibilang bodoh, padahal mungkin jenius.
Nggak tahu sekarang gimana, tapi nampaknya sekolah sudah mulai mengembangkan pelajaran untuk lebih memberikan perhatian untuk otak kanan. Mungkin si Mbah Wilo atau Pak Dhe Nur, atau yang lainnya bisa nambahi.
Ince:
Yu and FBers,
Dalam ilmu pendidikan sebetulnya pengalihan fokus dari otak kiri ke otak kanan sudah lama dibicarakan oleh Piaget, Vygotky, Lave & Wenger yang berkisar th. 1900an. Psychologi pendidikan melihat anak didik sebagai obyek yang dapat dikembangkan kerja otak berdasar tahap2 dari menghafal, menyimpulkan, menganalisa sampai berkreasi (Piaget). Oleh karena itu kalau kita belajar bahasa Inggris, ada tingkatan2 elementary, intermediate dan advanced... pada akhir setiap tahap, anak di-assess apakah sudah cukup mampu untuk melanjutkan ke tingkat berikutnya.
Kemudian, Vygotsky dan teman2nya melihat anak didik sebagai makluk sosial yang punya kemampuan dan kemungkinan untuk hanyut di dunia yang mereka minati. dengan demikian dunia pendidikan seharusnya sudah berfokus pada sociocultural approach. dalam proses ini otak kanan dikembangkan. dibiarkan anak berekspresi untuk memecahkan masalah yang ada sekarang ini. Dosen di universitas terutama tidak lagi memberi kuliah seperti zaman kita dulu. pattern practice dianggap tidak menjamin kesuksesan pendidikan. Lebih2 dengan adanya internet sebagai mediation tool yang merupakan sumber pengetahuan yang tanpa batas (borderless) , dosen dan anak didik bekerja sama memecahkan masalah. Universitas kita sudah bangga kalau sudah punya lab komputer lengkap dengan tech canggih, tapi alat itu hanya untuk presentasi. Masih banyak kendala untuk mencapai pendidikan dengan socio-cultural approach, antara lain dana untuk menciptakan sistem socio-cultural dan komitmen universitas dan juga dosen untuk melaksanakan. Demikian omelan saya ini, mungkin bermanfaat.
Al:
Pemanfaatan otak kanan as opposed to otak kiri ini memang menarik untuk dibicarakan. Sejarah sudah berjalan sangat lama dimana manusia punya kecenderungan untuk mengasah dan mengasah kemampuan otak kiri dan bahkan ketika mengukur intelligensi, manusia sangat terfokus pada pengukuran IQ yang sarat akan penggunaan otak kiri. Artinya, jika kita tidak memiliki otak kiri yang prima, jangan berharap untuk mempunyai IQ diatas 140.
Perkembangan ilmu dan penelitian di penghujung abad ke 20 membuka mata manusia bahwa ternyata otak manusia itu sangat powerful jika kita menggunakan secara efektif sejalan dengan cara kerja otak. (Sayang manusia tidak dilahirkan bersama dengan manual "Cara mengoperasikan otak"). Maka kemampuan otak kanan, yang sering dilupakan sehingga tidak dimanfaatkan dan dikembangkan secara sadar, mulai dipelajari dengan seksama dan dimaksimalkan. Dibawah sudah digambarkan Yu tentang perbedaan otak kiri dan dan kanan. Dalam bahasa Indonesia mungkin bisa kita lihat seperti berikut:
Maka dengan demikian sudah jelas bahwa otak kiri itu sangat linear dan otak kanan lateral. Pola berpikir linear jelas akan sangat terbatas karena hanya mengikuti garis / satu bidang. Sementara pola pikir lateral sangat tak terhingga karena mengarah ke segala penjuru. Manusia secara lahiriah (innate) memiliki kecenderungan yang lateral - maka asli fokus pada otak kanan. Itulah sebabnya anak kecil kadang lebih mudah memahami suasana yang tidak bisa dideteksi oleh manusia dewasa yang sudah terkontaminasi dengan pola otak kiri. Ironisnya, justru pola pendidikan sekolah ditekankan pada pengembangan fungsi otak kiri sehingga fungsi otak kanan dilupakan. Pengembangan fungsi otak kiri menciptakan berbagai paradigma-paradigma yang sampai saat ini kadang sulit untuk diubah - coba, sampai sekarang kita masih melihat siswa yang mampu melakukan hitung-hitungan itu dinilai lebih hebat daripada siswa yang sekedar mampu membuat lukisan yang indah tetapi tidak bisa berhitung. Metode-metode pengajaran selama ini sangat kental dengan pemanfaatan otak kiri: menghafal, menghitung, fokus, menganalisa, mengembangkan logika, disiplin, strict schedule dsb. Ini tidak berarti bahwa pendidikan dengan otak kiri tidak menghasilkan sesuatu yang luar biasa - berbagai teknologi yang sekarang ini kita nikmati banyak merupakan hasil dari pendidikan linear.
Akhir-akhir ini sudah banyak institusi pendidikan mengubah pola pendidikannya dengan menggunakan pendekatan otak kanan - kelas tidak lagi disusun dengan meja yang sangat teratur theatrical, siswa tidak lagi dipaksa untuk menghafal, dinding dihiasi dengan berbagai gambar yang penuh warna-warni. Bahkan ada sekolah yang sudah berani membebaskan siswanya untuk mempelajari apa saja yang dia suka tanpa harus mengikuti agenda - terus jadwale kaya apa ya? Dengan demikian diharapkan bahwa kreatifitas siswa pun akan sangat terpacu - kita sendiri sudah melihat banyak contoh orang sukses yang lateral thinking seperti Steve Job. Di banyak tempat di Indonesia les Kumon yang mencoba melakukan pendekatan otak kanan. Bahkan sekarang ada pendidikan yang mengembangkan otak tengah - ini sekedar istilah saja - sebenarnya yang mereka lakukan adalah penjembatan antara otak kanan dan otak kiri. Kalau dari apa yang saya amati, hasil dari proses pendidikannya memang luar biasa; tapi apakah luar biasa secara universal / holistic atau luar biasa hanya dalam konteks khusus ... kita lihat saja.
Nik :
Al,
Moco lagi enak2nya, trus bar tanpa akhir yg jelas, sekarang otak ku bingung ini. (Artinya aku banyak pake otak kiri ya? Apa jangan2 otakku yg kanan growah?)
Ayo Al, diteruske sampai tuntas.
Tak tunggu with kamsia,
Al :
Lho Nik ... iki forum diskusi. Berarti kowe juga kudu nambahi atau neruskan. He he he.
Mau test apakan anda left brainer atau right brainer? Pergi ke alun-alun kidul Kraton Yogya. Kalau malam-malam, anda bisa melihat banyak orang sewa tutup mata, lalu berjalan dengan mata tertutup dari pinggir alun-alun ke tengah alun-alun membidik masuk diantara dua ringin kurung. Menurut perasaan saya, saya termasuk right brainer karena otak kanan dominan memerintah kaki kiri untuk memimpin gerakan - akhirnya belok kanan terlalu jauh. Kelihatannya cocok, karena saya paling alergi dengan hitung-hitungan, tetapi hobinya ngelamun, musik, lukis dsb.
Mbah Wilo:
Muter ke kanan atau ke kiri?
Otak kanan atau otak kiri yang jalan?
Al:
Pemanfaatan otak kanan as opposed to otak kiri ini memang menarik untuk dibicarakan. Sejarah sudah berjalan sangat lama dimana manusia punya kecenderungan untuk mengasah dan mengasah kemampuan otak kiri dan bahkan ketika mengukur intelligensi, manusia sangat terfokus pada pengukuran IQ yang sarat akan penggunaan otak kiri. Artinya, jika kita tidak memiliki otak kiri yang prima, jangan berharap untuk mempunyai IQ diatas 140.
Perkembangan ilmu dan penelitian di penghujung abad ke 20 membuka mata manusia bahwa ternyata otak manusia itu sangat powerful jika kita menggunakan secara efektif sejalan dengan cara kerja otak. (Sayang manusia tidak dilahirkan bersama dengan manual "Cara mengoperasikan otak"). Maka kemampuan otak kanan, yang sering dilupakan sehingga tidak dimanfaatkan dan dikembangkan secara sadar, mulai dipelajari dengan seksama dan dimaksimalkan. Dibawah sudah digambarkan Yu tentang perbedaan otak kiri dan dan kanan. Dalam bahasa Indonesia mungkin bisa kita lihat seperti berikut:
Maka dengan demikian sudah jelas bahwa otak kiri itu sangat linear dan otak kanan lateral. Pola berpikir linear jelas akan sangat terbatas karena hanya mengikuti garis / satu bidang. Sementara pola pikir lateral sangat tak terhingga karena mengarah ke segala penjuru. Manusia secara lahiriah (innate) memiliki kecenderungan yang lateral - maka asli fokus pada otak kanan. Itulah sebabnya anak kecil kadang lebih mudah memahami suasana yang tidak bisa dideteksi oleh manusia dewasa yang sudah terkontaminasi dengan pola otak kiri. Ironisnya, justru pola pendidikan sekolah ditekankan pada pengembangan fungsi otak kiri sehingga fungsi otak kanan dilupakan. Pengembangan fungsi otak kiri menciptakan berbagai paradigma-paradigma yang sampai saat ini kadang sulit untuk diubah - coba, sampai sekarang kita masih melihat siswa yang mampu melakukan hitung-hitungan itu dinilai lebih hebat daripada siswa yang sekedar mampu membuat lukisan yang indah tetapi tidak bisa berhitung. Metode-metode pengajaran selama ini sangat kental dengan pemanfaatan otak kiri: menghafal, menghitung, fokus, menganalisa, mengembangkan logika, disiplin, strict schedule dsb. Ini tidak berarti bahwa pendidikan dengan otak kiri tidak menghasilkan sesuatu yang luar biasa - berbagai teknologi yang sekarang ini kita nikmati banyak merupakan hasil dari pendidikan linear.
Akhir-akhir ini sudah banyak institusi pendidikan mengubah pola pendidikannya dengan menggunakan pendekatan otak kanan - kelas tidak lagi disusun dengan meja yang sangat teratur theatrical, siswa tidak lagi dipaksa untuk menghafal, dinding dihiasi dengan berbagai gambar yang penuh warna-warni. Bahkan ada sekolah yang sudah berani membebaskan siswanya untuk mempelajari apa saja yang dia suka tanpa harus mengikuti agenda - terus jadwale kaya apa ya? Dengan demikian diharapkan bahwa kreatifitas siswa pun akan sangat terpacu - kita sendiri sudah melihat banyak contoh orang sukses yang lateral thinking seperti Steve Job. Di banyak tempat di Indonesia les Kumon yang mencoba melakukan pendekatan otak kanan. Bahkan sekarang ada pendidikan yang mengembangkan otak tengah - ini sekedar istilah saja - sebenarnya yang mereka lakukan adalah penjembatan antara otak kanan dan otak kiri. Kalau dari apa yang saya amati, hasil dari proses pendidikannya memang luar biasa; tapi apakah luar biasa secara universal / holistic atau luar biasa hanya dalam konteks khusus ... kita lihat saja.
Nik :
Al,
Moco lagi enak2nya, trus bar tanpa akhir yg jelas, sekarang otak ku bingung ini. (Artinya aku banyak pake otak kiri ya? Apa jangan2 otakku yg kanan growah?)
Ayo Al, diteruske sampai tuntas.
Tak tunggu with kamsia,
Al :
Lho Nik ... iki forum diskusi. Berarti kowe juga kudu nambahi atau neruskan. He he he.
Mau test apakan anda left brainer atau right brainer? Pergi ke alun-alun kidul Kraton Yogya. Kalau malam-malam, anda bisa melihat banyak orang sewa tutup mata, lalu berjalan dengan mata tertutup dari pinggir alun-alun ke tengah alun-alun membidik masuk diantara dua ringin kurung. Menurut perasaan saya, saya termasuk right brainer karena otak kanan dominan memerintah kaki kiri untuk memimpin gerakan - akhirnya belok kanan terlalu jauh. Kelihatannya cocok, karena saya paling alergi dengan hitung-hitungan, tetapi hobinya ngelamun, musik, lukis dsb.
Mbah Wilo:
Muter ke kanan atau ke kiri?
Otak kanan atau otak kiri yang jalan?
Al:
Mbah ... kalau gerakan searah dengan jarum jam, berarti right brainer - kita memerintah badan untuk bergerak ke kanan. Saya juga right brainer - sulit untuk memerintah si cewek hitam manis untuk berputar berlawanan jarum jam, kecuali kalau fokus ke bayangan yang dibawah ... atau kalau ceweknya pakai celana kolor. Hua ha ha ha.
Mbah Wilo :
Yuwan, Ince, Dhe, Nik, Puteri dan Fbs terkasih,
Wah wah seneng lho baca tulisan otak kiri dan otak kanan.
Cuma mau nambahin sedikit; otak kanan berkaitan dengan ingatan jangka panjang, sedang otak kiri berkaitan dengan ingatan jangka pendek. Wajah teman sering bisa kita ingat biarpun lama sekali gak jumpa; tapi nama teman lebih sering lupa. Wajah/gambar wajah lebih ditangani oleh otak kanan; sedangkan nama (terkait dengan bahasa) ditangani oleh otak kiri. Ingatan masa lalu (yang luama), biasanya ditangkap lebih global dan utuh; dan ini adalah jasa otak kanan kita.
Seperti yang sudah disebut oleh Yuwan dan pak Dhe, otak kiri lebih berkaitan dengan soal-soal: perbedaan (detil), angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan, logika, analisis; dan pengukuran dalam IQ menunjukkan kemampuan otak kiri ini. Sedangkan otak kanan yang berkutat dengan persamaaan, khayalan, kreativitas, bentuk dan ruang, emosi, musik (nada, irama), warna; dan kalau diukur muncullah konsep EQ (emotional quotient). EQ pada ujungnya nanti akan sangat berpengaruh pada kemampuan sosial /kemampuan menjalin relasi(social skill); spontanitas, keterusterangan, ketulusan sangat berperan dalam hal ini.
Betul bahwa dalam pendidikan di Indonesia yang berkaitan dengan otak kiri yang menjadi prioritas dan diukur (coba lihat pelajaran yang diujikan di UAN).
Khusus untuk otak tengah he he he he lagi ramai dibicarakan di milis sebelah, tapi belum ada dasar ilmiah sama sekali (sampai saat ini statusnya masih pseudoscience) .
Untuk lihat dominasi otak kita coba lihat tulisan di bawah ini. Coba ikuti perintahnya; kalau sering salah berarti otak kiri kita memang sangat dominan.
Ince:
Mbah dan all FBs,
Pertama baca tulisannya, kemudian menyedari bahwa kata "kuning" ternyata warnanya hijau. Jadi pertama yang kerja adalah otak kiri, kemudian mendapatkan penilaian dari otak kanan. Menurut pakar, memang kedua bagian otak ini tak terpisahkan. keduanya bekerja sama dalam proses belajar. Cuman yang lebih dominan yang mana.
Untuk yang kede alias tangan kiri yang aktip, fungsi kedua bagian otak ini juga terbalik. Otak kanan berhubungan dengan angka, huruf, dll., sedangkan otak kiri berhubungan dengan fantasi, persepsi, emosi, dsb. Menarik memang urusan otak kita ini.
Al:
Ince ... untuk statement dibawah ini, saya pingin tahu referensinya dimana ya. Just curious as I want to know more.
"Untuk yang kede alias tangan kiri yang aktip, fungsi kedua bagian otak ini juga terbalik. Otak kanan berhubungan dengan angka, huruf, dll., sedangkan otak kiri berhubungan dengan fantasi, persepsi, emosi, dsb. Menarik memang urusan otak kita ini."
Sepemahaman saya masalah kidal itu lebih ditentukan oleh dominance dari otak dalam physical control - jika otak kanan yang lebih dominan dalam mengontrol physical coordination, maka dia akan left-handed. It does not have anything to do with the right/left brain characteristic shift. Kalau dari penelitian ilmiah yang selama ini saya baca, characteristic dari right/left brain hemisphere sifatnya innate dan sama untuk setiap orang, sebagaimana setiap orang punya hidung letaknya mulut. I might be wrong ... itulah sebabnya saya pingin membaca referensi untuk statement diatas.
Populasi orang kidal memang tidak banyak (10-15%) dan itu banyak ditentukan oleh cultural values dimana tangan kiri dianggap tidak sopan. Seandainya pengertian 'left hand=bad hand' tidak ada, pasti akan lebih banyak orang yang kidal. Di Indonesia populasi orang kidal sangat sedikit karena pengaruh budaya tersebut, sementara di Barat populasi orang kidal lebih banyak karena konsep tangan kiri tidak selalu diidentikan dengan ketidak-sopanan. Paul McCartney juga left handed. Kawan saya, orang Amrik, ada yang left handed - a very good golf player dengan handicap 3 - tapi kalau salaman ya tetap dengan tangan kanan.
Apakah pemahaman tentang right/left brain ini baru pada level limited statistical analysis and research atau bahkan masih hipotesa ya? Gimana mbah?
Mbah Wilo:
Dhe, Ince dan Fbs terkasih,
Aku belum pernah baca tentang hal itu. Udah bener Dhe bahwa otak kanan lebih dominan dalam mengontrol gerak tubuh bagian kiri ketimbang sebaliknya.
Mbah ... kalau gerakan searah dengan jarum jam, berarti right brainer - kita memerintah badan untuk bergerak ke kanan. Saya juga right brainer - sulit untuk memerintah si cewek hitam manis untuk berputar berlawanan jarum jam, kecuali kalau fokus ke bayangan yang dibawah ... atau kalau ceweknya pakai celana kolor. Hua ha ha ha.
Mbah Wilo :
Yuwan, Ince, Dhe, Nik, Puteri dan Fbs terkasih,
Wah wah seneng lho baca tulisan otak kiri dan otak kanan.
Cuma mau nambahin sedikit; otak kanan berkaitan dengan ingatan jangka panjang, sedang otak kiri berkaitan dengan ingatan jangka pendek. Wajah teman sering bisa kita ingat biarpun lama sekali gak jumpa; tapi nama teman lebih sering lupa. Wajah/gambar wajah lebih ditangani oleh otak kanan; sedangkan nama (terkait dengan bahasa) ditangani oleh otak kiri. Ingatan masa lalu (yang luama), biasanya ditangkap lebih global dan utuh; dan ini adalah jasa otak kanan kita.
Seperti yang sudah disebut oleh Yuwan dan pak Dhe, otak kiri lebih berkaitan dengan soal-soal: perbedaan (detil), angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan, logika, analisis; dan pengukuran dalam IQ menunjukkan kemampuan otak kiri ini. Sedangkan otak kanan yang berkutat dengan persamaaan, khayalan, kreativitas, bentuk dan ruang, emosi, musik (nada, irama), warna; dan kalau diukur muncullah konsep EQ (emotional quotient). EQ pada ujungnya nanti akan sangat berpengaruh pada kemampuan sosial /kemampuan menjalin relasi(social skill); spontanitas, keterusterangan, ketulusan sangat berperan dalam hal ini.
Betul bahwa dalam pendidikan di Indonesia yang berkaitan dengan otak kiri yang menjadi prioritas dan diukur (coba lihat pelajaran yang diujikan di UAN).
Khusus untuk otak tengah he he he he lagi ramai dibicarakan di milis sebelah, tapi belum ada dasar ilmiah sama sekali (sampai saat ini statusnya masih pseudoscience) .
Untuk lihat dominasi otak kita coba lihat tulisan di bawah ini. Coba ikuti perintahnya; kalau sering salah berarti otak kiri kita memang sangat dominan.
Ince:
Mbah dan all FBs,
Pertama baca tulisannya, kemudian menyedari bahwa kata "kuning" ternyata warnanya hijau. Jadi pertama yang kerja adalah otak kiri, kemudian mendapatkan penilaian dari otak kanan. Menurut pakar, memang kedua bagian otak ini tak terpisahkan. keduanya bekerja sama dalam proses belajar. Cuman yang lebih dominan yang mana.
Untuk yang kede alias tangan kiri yang aktip, fungsi kedua bagian otak ini juga terbalik. Otak kanan berhubungan dengan angka, huruf, dll., sedangkan otak kiri berhubungan dengan fantasi, persepsi, emosi, dsb. Menarik memang urusan otak kita ini.
Al:
Ince ... untuk statement dibawah ini, saya pingin tahu referensinya dimana ya. Just curious as I want to know more.
"Untuk yang kede alias tangan kiri yang aktip, fungsi kedua bagian otak ini juga terbalik. Otak kanan berhubungan dengan angka, huruf, dll., sedangkan otak kiri berhubungan dengan fantasi, persepsi, emosi, dsb. Menarik memang urusan otak kita ini."
Sepemahaman saya masalah kidal itu lebih ditentukan oleh dominance dari otak dalam physical control - jika otak kanan yang lebih dominan dalam mengontrol physical coordination, maka dia akan left-handed. It does not have anything to do with the right/left brain characteristic shift. Kalau dari penelitian ilmiah yang selama ini saya baca, characteristic dari right/left brain hemisphere sifatnya innate dan sama untuk setiap orang, sebagaimana setiap orang punya hidung letaknya mulut. I might be wrong ... itulah sebabnya saya pingin membaca referensi untuk statement diatas.
Populasi orang kidal memang tidak banyak (10-15%) dan itu banyak ditentukan oleh cultural values dimana tangan kiri dianggap tidak sopan. Seandainya pengertian 'left hand=bad hand' tidak ada, pasti akan lebih banyak orang yang kidal. Di Indonesia populasi orang kidal sangat sedikit karena pengaruh budaya tersebut, sementara di Barat populasi orang kidal lebih banyak karena konsep tangan kiri tidak selalu diidentikan dengan ketidak-sopanan. Paul McCartney juga left handed. Kawan saya, orang Amrik, ada yang left handed - a very good golf player dengan handicap 3 - tapi kalau salaman ya tetap dengan tangan kanan.
Apakah pemahaman tentang right/left brain ini baru pada level limited statistical analysis and research atau bahkan masih hipotesa ya? Gimana mbah?
Mbah Wilo:
Dhe, Ince dan Fbs terkasih,
Aku belum pernah baca tentang hal itu. Udah bener Dhe bahwa otak kanan lebih dominan dalam mengontrol gerak tubuh bagian kiri ketimbang sebaliknya.
Sumber: alumnisa.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar